Rabu, 19 Januari 2011

Menyikapi kebutuhan materiil.

MATIUS 6:19-34

Tidak ada yg salah dengan kebutuhan materil manusia, kita dapat mengubahnya fungsinya sesuai selera. Materi dapat kita perlakukan seperti dewa atau kita memperlakukannya seperti hamba!
Materi yg tidak dikendalikan secara disiplin akan mengancam kesetiaan kepada Tuhan:


  • Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (ayat 19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomor duakan yang sementara. 
  • Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (ayat 21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan "melonjak" menjadi tuan, dan kita di "kudeta"nya ke kedudukan budak (ayat 24). 
  • Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (ayat 25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 32).
Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki.

Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (ayat 33).

kekhawatiran. Orang-orang yang tidak memiliki kekayaan bisa menjadi korban dari kekhawatiran dan kehilangan iman. Karena itu pergeseran ini wajar. Jangan khawatir. Bukan larangan untuk mengantisipasi masa depan dan membuat rencana (bdg. I Tim. 5:8; Ams. 6:6-8; 30:25), melainkan larangan untuk khawatir mengenai kebutuhan sehari-hari. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan? Karena hidup itu sendiri dan juga tubuh diperlengkapi oleh Allah, apakah kita tidak juga mengandalkan Dia untuk memperlengkapi hal-hal yang tidak sepenting itu? Karena Allah memelihara burung yang tidak memiliki kemampuan untuk menabur, menuai dan menyimpan. betapa manusia yang memperoleh semua kemampuan itu seharusnya lebih mengandalkan Bapa surgawi mereka! Menambah sehasta saja pada tinggi tubuhnya. (LAI: jalan hidupnya). Makanan itu penting bagi pertumbuhan. Tetapi di dalam hal ini pun Allah yang mengendalikan. Waktu seorang anak bertumbuh menjadi dewasa. Allah menambahkan jauh lebih daripada sehasta (sekitar delapan belas inci), tetapi kekhawatiran hanya menghambat dan tidak menolong. Sebagian orang menerjemahkan dengan jalan hidup dan bukan tinggi tubuh, dan mereka berusaha menemukan contoh-contoh penggunaan sehasta sebagai ukuran waktu. Sekalipun demikian, penafsiran yang pertama itu cukup cocok dengan nas termaksud. Bunga bakung. Bunga apa yang dimaksudkan di sini tidak jelas, tetapi pastilah sedang berkembang ketika itu sebab Yesus berbicara tentang Perhatikanlah. Salomo. Raja Ibrani yang paling terkemuka. Rumput di ladang. Bunga bakung yang baru saja disebutkan, yang keindahannya begitu singkat umurnya, dan yang tidak lama kemudian ikut terpotong bersama rumput dan dipakai sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan manusia (Yak. 1:11). Hai orang yang kurang percaya. Ungkapan yang dipergunakan empat kali di dalam Injil Matius, satu kali di dalam Injil Lukas, sebagai dorongan untuk bertumbuh di dalam iman maupun sebagai teguran lembut. Dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Sebuah acuan kepada perhatian akan hal-hal materi oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah karena mereka tidak mengenal Allah sebagai Bapa surgawi (bdg. 6:7, 8). Carilah dahulu. Para pendengar Kristus, yang sudah bersumpah setia kepada Raja itu, harus terus mencari (kata kerja berkesinambungan) Kerajaan Surga dengan cara memusatkan perhatian pada nilai-nilai rohani dan bersandar penuh kepada Allah; dan Allah yang mengetahui berbagai kebutuhan sementara mereka akan menyediakan apa yang diperlukan. Hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Suatu personifikasi yang mencolok. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Kesusahan yang dimaksudkan jelas jasmaniah, mengacu kepada persoalan-persoalan yang mungkin timbul. Tidak perlu menambahkan masalah esok kepada masalah hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar