Jumat, 07 Januari 2011

Pelayanan Pastoral


Ada satu teladan yang Tuhan Yesus tinggalkan buat kita untuk menjadi contoh dalam mengembangkan pelayanan pastoral.

Kita menemukannya dalam kisah percakapan Tuhan Yesus dengan seorang perempuan Samaria yang berdosa – Yohanes 4:1-42. Kisah ini terjadi saat Tuhan Yesus sedang dalam perjalanan dari Yudea ke Galilea. Dan saat Ia melintasi Samaria, sampailah Tuhan Yesus di sebuah kota di Samariayang bernama Sikhar – Samaria adalah sebuah kota propinsi.

Peristiwa ini terjadi di kota Sikhar tepatnya di sebuah sumur yang dikenal dengan nama sumur Yakub, seorang perempuan berdosa mengalami perjumpaan dengan Tuhannya, dan ia berubah, sejak saat itu ia tidak pernah menjadi sama lagi. Dan yang lebih dasyat ia tidak hanya berubah tetapi dalam hari yang sama ia bahkan menghasilkan buah bagi Allah, ia menjadi pemenang jiwa lewat kesaksian hidupnya yang diubahkan.

Ada beberapa kunci dan prinsip keberhasilan Tuhan Yesus Kristus dalam kisah ini yang seharusnya menjadi teladan bagi semua pelayan Tuhan, khususnya yang melayani Allah dalam bidang pastoral.


1.      Tidak memandang muka – ay. 7-9
a.      Suku

4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

Seorang pelayan pastoral adalah seorang yang merdeka, artinya ia dapat “bergaul” dengan siapa saja, dari golongan suku bangsa apa saja, serta melayani mereka yang seharusnya mendapatkan pertolongan darinya.

b.     Status (Rupa)
Seorang yang masih memandang status dan memilih-milih “pasien” untuk dilayani tidak layak untuk pelayanan ini – Yakobus 2:1-13. Pekerjaan ini besar, sebab Allah telah menunjuk kita untuk menjadi pengantara yang berdiri di antara Allah dan mereka yang terbelenggu, untuk menjadi pembela dan melepaskan tali-tali si iblis yang membelenggu mereka – Yesaya 61:1-3.

Siapapun yang kita layani, kita harus ingat bahwa status mereka bukan lagi si kaya atau si miskin, si pelajar atau si bodoh, si terhormat atau si terhina, si tampan atau si buruk, tetapi di hadapan Allah mereka adalah :

-         orang-orang sengsara, kepada mereka sampaikanlah kabar baik
(Pelayanan visitasi – Rumah Sakit, Orang Miskin, Anak Yatim, Panti Jompo)
-         orang-orang yang remuk hati, rawat mereka
(Pelayanan “Hati Bapa” – Kesembuhan Batin, Pemulihan Gambar Diri)
-         orang-orang tawanan, beritakan pembebasan kepada mereka
(Pelayanan Kelepasan – Kutuk, Berhala, Perdukunan)
-         orang-orang yang terkurung, beritakan kelepasan dari penjara
(Pelayanan “Yobel” – Sosial, LP, PI)
-         orang-orang berkabung, hiburkan mereka semua.
(Pelayanan penghiburan – Tutup Peti, Malam Penghiburan, Pemakaman)

2.      Tidak menghakimi
a.      Berbicara dengan kasih – ay. 10
Tidak dengan menghakimi, melainkan dalam kasih yang besar akan jiwa-jiwa yang berbeban dan menderita. Ada belas kasihan ilahi untuk melihat mereka yang kita layani mengalami penghiburan dan kelepasan dari Allah. Yang perlu bagi mereka sebenarnya adalah peneguhan dan keyakinan akan penerimaan Allah atas hidup mereka.

Berbicaralah dengan bahasa yang tegas dan yakinkanlah mereka akan penerimaan Allah Bapa yang tanpa syarat, bahwa Bapa menerima mereka apa adanya mereka. Tidak lebih dan tidak kurang dari itu.

“Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.” Yudas 1:22-23
     
b.     Berbicara dengan jujur – terus terang dalam kebenaran – ay. 16-18
Tidak kompromi, katakan hitam jika hitam, putih jika putih. Hanya saja tidak menghakimi. Nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran – Timotius 4:2.

c.      Jangan marah dan menghukum orangnya! Yohanes 8:1-11
Ada pernyataan seperti ini : “Jangan hukum orangnya, hukumlah dosanya!”
Bagaimana mungkin menghukum dosanya tanpa menyebabkan orangnya terhukum? Minimal dengan rasa bersalahnya?

Yang mengherankan saya, Tuhan Yesus tidak pernah berbicara berjam-jam untuk menunjukkan dosa orang-orang yang datang kepada-Nya, namun mereka semua tahu dengan pasti bahwa Allah telah mengampuni dosa mereka. Sementara ada banyak pelayan Tuhan “betah” berjam-jam berbicara hanya untuk menunjukkan dosa-dosa dari si konsili. Yang harus diingat adalah Tuhan tidak pernah mengangkat kita sebagai“Problem Solver”!

Sekali lagi, yang mereka perlukan adalah hati yang bertobat dan keyakinan akan penerimaan Allah, bahwa Allah tidak menghukum milik-Nya. Milik-Nya dikasihi, dirawat, dibela dan dijaga seperti Ia menjaga biji mata-Nya sendiri.

Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."


3.      Melayani dengan hikmat dan kuasa Allah
a.      Menuntun orang menemukan kebutuhannya (di sentral kebutuhannya) – ay. 14-15
-         Gali dan temukan akar masalahnya.
-         Perzinahan bukanlah akar persoalan yang dihadapi oleh perempuan Samaria dalam kisah ini, ia adalah dampak yang fatal dari akar yang sebenarnya.
-         Test :       “Carilah kebutuhan yang terdalam (akarnya) dari perempuan Samaria ini!”
(Tuhan Yesus menemukannya, itu sebabnya wanita ini mendapatkan kelepasan dan diubahkan secara radikal)

b.     Bawalah kepada Sumbernya
-         Semua orang membutuhkan Yesus!
-         Tuntun mereka kepada iman dan pertobatan
-         Layani mereka sampai kepada langkah iman berikutnya yaitu Baptisan Air

c.      Mengembangkan Karunia-Karunia Roh – 1 Korintus 12:8-10
Karunia-karunia Roh Kudus sangat diperlukan dalam pelayanan ini, itu sebabnya dan sudah seharusnya seorang Pelayan Pastoral adalah seorang yang penuh dengan Roh Kudus. Ia juga adalah seorang yang memiliki kemauan yang kuat untuk terus mengembangkan dan mengobarkan karunia Allah yang telah ia terima – 2 Timotius 1:6.

Yang harus terus diingat adalah bahwa tugas kita bukanlah “Problem Solver”, itu sebabnya kita memerlukan hikmat, perkataan pengetahuan, karunia membedakan roh, karunia kesembuhan, mujizat, dan … pokoknya ke sembilan Karunia Roh yang dikaruniakan Roh Kudus untuk memperlengkapi orang percaya.

d.     Gunakan seluruh perlengkapan senjata Allah – Efesus 6:10-18
Waspada… Waspada… Waspada!
Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara, dan melawan tipu muslihat iblis. Sebab itu kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah.

4.      Melayani sampai tuntas
a.      Follow up
-         Selanjutnya arahkan si konsili ke dalam pelayanan Penggembalaan (KEMAS).
-         Seharusnya ada sebuah “laporan” atau “catatan” tertulis kepada Pemimpin Kemas agar dapat di “follow up” dengan efektif dan menghindari “penggalian” dari awal.

b.     Mengharapkan dan melihat buah pertobatan – ay. 28-30 ; 39-42


by. Pdm. Yunias Otniel, Amd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar