Kamis, 03 Mei 2012


"Hadapi PERUBAHAN dengan PERUBAHAN"

Studi Mazmur 37

Perubahan adalah harapan dan tantangan!
Perubahan bersifat pasti dan tidak tebang pilih. Bagi sebagian orang perubahan adalah harapan yg membawa sukacita namun tidak sedikit orang yg tenggelam dalam kegelisahan karena merasa dipukul oleh proses perubahan. Suka atau tidak suka, setuju atau tidak. Perubahan adalah fakta yang tidak dapat dihindari dari kehidupan. Semua orang tanpa kecuali akan menghadapi fase perubahan.
Respon kita terhadap perubahan menunjukkan sejauh mana kematangan hubungan kita kepada Allah.
Sukses menghadapi perubahan ditentukan oleh beberapa faktor:


I. Pembaharuan HATI adalah kekuatan menghadapi PERUBAHAN(ayat.1)
" Jangan marah   karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati   kepada orang yang berbuat curang"  
Realita yg dihadapi orang percaya bukanlah kehidupan yg terus menerus nyaman sesuai harapan. Allah sering kali tidak mengubah keadaan atau orang yg tidak menguntungkan disekitar kita namun Allah justru berhasrat mengubah hati kita lebih dahulu supaya sanggup menghadapi terjadinya segala perubahan.
Rumusan kehidupan kadang berjalan tidak simetris, dimana orang baik seharusnya mendapatkan ganjaran keberhasilan dan kemujuran bukan orang jahat yg mendapatkan kemakmuran. Hal ini memantik persepsi salah tentang ketidak adilan Allah dan iri hati kepada sesama.
Daud dengan tegas bahkan berulang kali memperingatkan:
"jangan marah; jangan iri hati; berhentilah marah ; tinggalkanlah panas hati" karena sikap tersebut hanya membawa kepada kejahatan

Gagasan PENERIMAAN DIRI menjadi kekuatan untuk dapat menguasai diri!
Menerima dengan senang hati segala bentuk perubahan bukan sekedar menyelesaikan aspek psikologis manusia namun juga membenarkan sikap secara teologis.


Penerimaan diri sendiri , keadaan dan orang lain menjadi sangat penting, karena bermula dari titik inilah langkah kita berlanjut dengan benar.  Ironisnya reaksi alami terhadap perubahan keadaan atau orang disekitar kita adalah sikap memberontak, lebih nyata diungkapkan dalam sikap marah dan iri hati.


Apa pentingnya penerimaan diri dalam menghadapi perubahan?


a. Penerimaan diri menunjukkan pengenalan PRIBADI ALLAH (ayat.3-7)
Percayalah kepada TUHAN........bergembiralah karena TUHAN.....serahkanlah hidupmu kepada TUHAN......berdiam dirilah dihadapan TUHAN.....

Menempatkan Tuhan sebagai pribadi yg tidak pernah berhenti bekerja dan tidak pernah berbuat salah dalam pekerjaanNya!.
Kemarahan sebagai tanggapan atas perubahan keadaan, sering kali bermuatan kecurigaan terhadap Allah dengan sangkaan telah bersikap tidak adil kepada mereka yg merasa telah berbuat benar. Faktanya Allah tidak mungkin diam atau telah berbuat kesalahan dalam karyaNya.


b. Penerimaan diri menunjukkan keutamaan nilai KEABADIAN (ayat.2)
"mereka segera lisut   seperti rumput dan layu   seperti tumbuh-tumbuhan hijau"

Perubahan  yg sedang kita hadapi saat ini adalah dinamika kehidupan alami. wajar, biasa saja dan harus terjadi, hanya berlangsung sementara saja.
Cara penilaian kita yg temporer (sementara, fana) seharusnya diubahkan menjadi cara berpikir yg abadi. Bukan sebatas indah pada hari ini saja namun apakah juga berguna sampai dikeabadian!


b. Penerimaan diri menunjukkan pentingnya nilai KEBENARAN (ayat.8)
"Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan"
Kehilangan kepercayaan diri akan berdampak pada tidak terkontrolnya penguasaan diri. Dengan sikap tidak puas atau melawan terhadap perubahan, hal itu bukan saja tidak dapat menyelesaikan persoalan justru menciptakan persoalan baru yg lebih menyulitkan diri sendiri.
Perspektif yg harus dibangun adalah menata kembali pola pikir : seberapa lama perubahan itu akan terjadi dan seberapa bernilai benar perubahan tersebut. Jika berorientasi KEKEKALAN dan KEBENARAN itulah perubahan yg sedang dikerjakan Allah dalam diri kita.


II. Pembaharuan IMAN adalah kuasa menuju terjadinya PERUBAHAN (ayat.3-7)


Banyak perkara yg tidak mampu kita kerjakan dengan diri sendiri. Kita tidak sanggup mengubah keadaan sekitar, tidak sanggup mempengaruhi orang lain bahkan tidak sanggup merubah diri sendiri. Sementara segala sesuatu terus berubah yg berdampak pada eksistensi diri kita.
Adakah jalan terbaik untuk menghadapi perubahan?


Daud menyerukan, mengajak dan memerintahkan kita supaya berketetapan iman untuk hanya mempercayakan seluruh dinamika kehidupan pada Tuhan.


aPercayalah kepada TUHAN 
b. Lakukanlah yang baik, 
c. Diamlah di negeri  
d. Berlakulah setia,  
e. Bergembiralah   karena TUHAN 
f.  Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN 
g. Percayalah kepada-Nya 
h. Berdiam  dirilah di hadapan TUHAN 
i. Nantikanlah  Dia 
j. Tetap ikutilah jalanNya


Mengapa Daud sedemikian kuat menyerukan untuk tidak tanggung-tanggung melekatkan diri hanya kepada Allah dengan kekokohan iman?


Karena sudah terbukti dan tidak terbantahkan tidak ada cara lain yg paling menjanjikan kecuali intervensi Allah didalam hidup kita:


1. TUHAN memimpin langkah demi langkah (ayat.23-24)
"TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan   kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak,  sebab  TUHAN menopang   tangannya".
Kemana pada akhirnya kita hidup kita akan dibawa?
Pemazmur memberikan jawaban bahwa sekalipun keadaan dan orang  memberi dampak perubahan namun Allah memastikan jaminan pimpinan sampai pada akhirnya:
Kepastian pimpinan Tuhan yg tidak pernah salah langkah demi langkah walaupun kita sedang menghadapi masa yg sulit atau menurut penilaian manusia adalah tempat yg salah.
Kepastian berjalan bersama dengan Tuhan setiap saat walaupun kita sering tidak menyadari atau bahkan kurang mempercayainya ditopang oleh tangan Tuhanyg selalu siap sedia.
2. TUHAN memelihara dari hari ke-sehari (ayat.25-26)
"Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan  dan memberi pinjaman,  dan anak cucunya menjadi berkat."


Daud menyaksikan kehidupan manusia secara utuh (integral) dalam rangkaian mengikuti rencangan Allah sampai pada garis akhir, bukan menjelaskan kasus per kasus yg dihadapi. Jika secara faktual Allah masih mengijinkan berbagai persoalan mendera orang percaya itu bukan bagaian dari kelalaian Allah yg absen memelihara kita.
Prinsip teologisnya adalah :
* Kesetiaan pemeliharaan Allah tidak dapat dan tidak mungkin berubah walaupun diri kita dan keadaan terus berubah.pribadinya
* Hanya ada satu hal yg tidak pernah berubah, manakala generasi, usia dan kekuatan terus mengalami perubahan.
Dia adalah pribadi Allah yg selayaknya kita percayai selama-lamanya karena kesetiaanNya, karena kuasaNya dalam mengelola hidup kita tanpa salah.


III. Pembaharuan KETAATAN adalah rahasia yang membawa pada PERUBAHAN (ayat.27-28, 37)
Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik,  maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; "TUHAN mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, "

Berulang kali diteriakkan ungkapan: tetap tinggal selama-lamanya, sampai selama-lamanya terpelihara, akan mewarisi negeri, milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya. Gagasan ini menjelaskan bahwa yang dikerjakan Allah bukanlah perubahan semu tetapi perubahan besar, perubahan nyata dan perubahan abadi, suatu bentuk pekerjaan yg sangat berkualitas tinggi.
Survival (bertahan hidup sampai selama-lamanya) bersama dengan Allah menjadi hak hidup mereka yg teguh berpegang pada hukum Tuhan.

Bagaimana perubahan abadi dapat menjadi bagian kita?
 "TUHAN mencintai hukum"
Tuhan selalu bekerja diatas dasar firmanNya sendiri, ini adalah jalan Allah untuk dapat menyatakan karyaNya. Kesediaan kita dalam mentaati firmanNya bukan menjadi katalisator (mempercepat) tetapi menjadi mekanisme kerja baku yg tidak dapat ditawar. Ketaatan pada firman Allah menjadi cara satu-satunya untuk menempatkan Allah dapat bekerja didalam diri kita.
Allah akan mengubahkan masa depan, Allah akan membuat survive dan Allah selalu bersama  jika kita terus hidup selaras dengan firmanNya.
Dari mana dimulainya perubahan yg bernilai benar dan abadi , dimulai dari kesediaan kita berjalan menurut firman Allah. Langkah ini jauh lebih mendasar dari kebutuhan pemahaman psikologis , mengatur strategi atau memperbesar kapasitas kerja supaya dapat meraih sukses masa depan.
Rahasia perubahan masa depan jelas dimulai dari KESELARASAN HIDUP didalam ALLAH.
Sejauh mana ketaatan kita dalam melakukan firman Allah itu berbanding lurus dengan intervensi Allah dalam melakukan perubahan masa depan kita.
Semakin cepat karakter pribadi berubah seturut firmanNya, semakin banyak perkara ajaib yg Allah kerjakan menjadi hak kita. Semakin lama kita menunda ketaatan pada firmanNya maka akan menambah daftar panjang kegagalan dan penantian kosong yg menyengsarakan.
Allah merindukan semua orang yg percaya kepadaNya mendapatkan pancaran kasih setia dan kuasaNya.
Selamat mengalami perubahan bersama dengan Allah.

Tuhan Yesus memberkati.
by Haris Subagiyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar