Jumat, 04 Mei 2012


Benarkah ALLAH adalah nama dewa Arab?

Nama ALLAH  yg sudah kokoh dipercayai oleh iman Kristen, dianggap sudah tidak relevan  karena dianggap di latar belakangi oleh pengabdosian kata yg bersumber dari bahasa Arab, merupakan nama dewa, yaitu: dewa air atau sebagai dewa panas (Alata) atau dewa musim dingin ( Alluza)


Benarkah kita yg menyebut ALLAH sedang menyembah dewa Arab?


Nama Allah dalam bahasa Arab awalnya adalah menunjukkan pada nama El/ Il rumpun semitik yg sama. Tidak dapat disangkal juga bahwa nama Allah juga menunjuk pada nama El/Elohim/Eloah yg sama. Jadi sebenarnya kata Allah dalam bahasa Arab bukanlah terjemahan  dari El, melainkan perkembangan dialek Arab dari kata Semit El/Il. Dapat disebutkan bahwa kedua kata itu adalah analog dan hanya berbeda ejaan dialek karena berkembang pada keturunan Semit yg berbeda, sama hal nya dengan kata Elah/Alaha dalam bahasa Aram-Siria.


Untuk menyudutkan keyakinan pada Allah, kelompok pengagum nama Yahweh mengemukakan beberapa kutipan baik dari buku maupun traktat . Salah satu kutipannya dari Ensiklopedia Islam sbb:
...Nama' Allah' telah dikenal dan dipakai sebelum Alquran diwahyukan.
(SYBAI ,hlm.6 yg dikutip dari Glasse hl. 23)


Pernyataan ini benar namun pengertiannya dipotong dari konteks kalimatnya dan dibelokkan seolah-olah menunjuk hanya kepada masa jahiliah (konsep dalam agama Islam yang berarti "ketidaktahuan akan petunjuk ilahi" atau "kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan"), serta dikaitkan dengan nama para dewa pada masa sebelum kedatangan Islam yaitu dewa air, dewa musim panas, dewa musim dingin, dewa bulan dll.


Sebenarnya kutipan yg dimaksud penulisnya lebih luas daripada yg di mengerti dan dikutip, sehingga melahirkan  kesimpulan yg berbeda. 


Berikut adalah kutipan yg lengkap:


Agaknya kata 'Allah' merupakan pengkhususan dari kata al-ilah (ketuhanan)...Kata'Allah' merupakan sebuah nama yang hanya pantas dan tepat untuk Tuhan, yang melalui kata tersebut dapat memanggilnya secara langsung. Ia merupakan kata pembuka menuju Esensi (hakikat) ketuhanan., yang berada dibalik kata tersebut bahkan yang tersembunyi dibalik dunia ini. Nama 'Allah' telah dikenal dan dipakai sebelum al-Quran diwahyukan; misalnya nama:                     Abd al-Allah (hamba Allah), nama ayah nabi Muhammad. Kata ini tidak hanya khusus bagi Islam saja, melainkan ia juga merupakan nama yang oleh ummat Kristen yang berbahasa Arab dari gereja-gereja Timur, digunakan untuk memanggil Tuhan.


Jelaslah bahwa kutipan yg kemudian disejajarkan dengan kutipan-kutipan mengenai dewa  air zaman jahiliah dapat melahirkan kesimupan yang cacat. Padahal kutipan yg lebih lengkap dalam konteksnya lebih terang menjelaskan kata Allah itu sebagai sebutan untuk menunjuk Tuhan (nama diri) maupun ketuhanan (sebutan/gelar) dalam bahsa Arab yang menunjuk Tuhan Semit dan monoteisme Abraham, yaitu menujuk pada pribadi El/Elohim/Eloah yg ternyata juga digunakan oleh orang-orang Kristen Arab jauh sebelum masa jahiliah. Tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa nama itu kemudian merosot digunakan untuk menyebut nama diri maupun sebutan dewa-dewi kafir seperti yg terjadi pada masa jahiliah pra Islam.


Kenyataan ini menunjukkan bahwa nama Allah di gunakan sebagai nama diri dan juga sebutan umum.
Alkitab menjelaskan nama Allah dengan pengertian : El/Eohim/ELoah yg dapat menunjukkan arti nama secara umum/generik ( sebutan/gelar/jabatan), namun juga bisa menunjuk nama diri. Dalam perkembangannya bahasa Arab kata penunjuk 'al' ditekankan untuk menunjukkan pada nama diri. 
Bambang Noorsena yg menempuh pendidikan dalam sastra Arab di Kairo Mesir mengemukakan:


Istilah Allah berasal dari 'Al-Ilah' dalam bentuk Ibraninya, 'ha Elohim' ('ha, adalah definite- article, 'elohim yang itu'). Karena itu 'ha Elohim' (Allah, 'Al-Ilah') itu adalah Yahweh sendiri, sebagaimana tampak dalam 1 Raja-raja 18:39 teks Ibrani: 'Yahweh, u ha ELohim (Arab: 'Ar Rabb, huwa al-Ilah'. Tetapi Elohim juga sering berfungsi semacam nama, misalnya Kejadian 1:1 teks Ibrani: "Beresith bara Elohim et ha-syamaim we et ha-arets" (Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi)
(Bambang Noorsena, Jaan panjang Ke Antiokhia, hlm.4)


Sejarah menujukkan bahwa nama Allah sudah lama dipakai oleh orang Arab jauh sebelum masa Islam maupun jahiliah dimana nama itu merosot penggunaannya oleh sebagaian orang, dikonotasikan untuk menyebut nama dewa seperti dewa air, bulan dll, khususnya oleh orang-orang Arab  di Mekah.
Bila kita mencermati ayah Muhammad yg bernama Abd.Allah, yang berarti hamba Allah" tentu maksudnya bukan hamba para dewa Arab, tetapi  menunjuk pada sesuatu yg lain yg masih dipercayai oleh sebagaian orang Arab yg menunjukkan pada Allah monoteisme Abraham.


Nama Allah Abraham disebut El/Elohim/Eloah dan inilah yg dipanggil oleh Ismael. Mengingat bahwa kepada Abraham belum diberitakan nama Yahweh. Baru kepada Musa nama itu diungkapkan. Nama itu dalam dialek Arab kemudian disebut Allah.


"Akulah TUHAN (Yahweh), Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah (El) yang maha kuasa (Syadday), tetapi dengan nama-Ku TUHAN (YAHWEH), Aku belum menyatakan diri. (Kel.6:1-2, Kej.17:1, 28:3, 35:11, 43:14, 48:3, 49:25)


Nama El merupakan nama Allah yg dipanggil oleh Abraham, karena nama Yahweh baru diperkenalkan kepada Musa, Nama itu juga yg merupakan nama Tuhan yg dipanggil Hagar, ibu Ismael:
Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan" Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: Bukankah disini kulihat Dia yang telah melihat aku?" 
Kejadian 16:13)


Tentu hal ini dapat dimengerti bahwa nama Allah monoteis Abraham ini pulalah yg terus menerus dipercaya oleh keturunan Abraham dan Hagar, yaitu Ismael yg kemudian menjadi salah satu nenek moyang bangsa Arab. Lebih lanjut berkembang dalam dialek Arab sebagai Allah, sekalipun nama itu bisa merosot digunakan oleh orang Arab Mekah untuk ditujukan kepada dewa yg lain pada masa jahiliah.
Dari pengamatan tradisi umat Islam: Idul Adha dan tidak dikenalnya nama Yahweh oleh orang Arab menunjukkan bahwa memang nama Yahweh baru dikenal pada jaman Musa dipadang gurun.


Menganggap nama Allah hanya sebagai nama dewa jahiliah berarti menutup mata terhadap fakta sejarah nama Allah sudah disebutkan jauh sebelum masa jahiliah. 


Kemerosotan pengertian El/Elohim/Eloah juga terjadi dalam sejarah Israel. Dalam banyak  bagaian PL  juga ada fakta bahwa nama El/Elohim/Eloah mengalami kemerosotan mengarah kepada dewa Kanaan yg dinamakan Baal (Hak. 8:33, 1 Raja 10:18, Yer. 2:8). Sementara dalam Keluaran 32:1-5, kita menyaksikan Anak Lembu Emas yg disembah umat Israel saat Musa naik kegunung Sinai dalam bahasa aslinya juga dinamakan Elohim yg membawa keluar umat Israel dari Mesir dan dipanggil Yahweh! 
Padahal, Tuhan dan Musa menyalahkan mereka dan berfirman agar mereka tidak berdosa dan segera bertobat, kembali kepada "TUHAN (Yahweh), Allah (Elohe) Israel yg benar .
Kel.32 : 26-27
Faktanya Nama Allah yg benar didalam Yahweh, bisa disalah artikan sebagai nama dewa, baal itu memang tidak dapat dihindari. Namun pengalaman penyebutan nama yg seharusnya hanya untuk Yahweh tetapi dibelokkan untuk para dewa Arab tidak dapat disimpulkan bahwa orang Kristen sedang menyembah baal, dewa orang Arab.
Elohim bisa menunjuk pada Yahweh, sekaligus juga dapat menunjuk pada nama dewa, Namun kemerosotan atau penghinaan terhadap TUHAN tidak mungkin menurunkan derajat Ke-Allah gara-gara pernah disebut sebagai nama dewa. Allah adalah Allah yg bersifat kekal tidak terpengaruh sama sekali dengan pengakuan manusia. KemuliaanNya tidak merosot walaupun kita tidak menyembahNya atau sebaliknya, KemuliaanNya akan menjadi bertambah karena kita bersedia menyembahNya. oooooooh tidak, Anda ngomong Yahweh, saya ngomong TUHAN...tidak ada pedulinya DIA ADALAH ALLAH langit dan bumi. dan Allah sudah memperkenalkan diri dalam TUHAN YESUS KRISTUS.


Amin,  GBU All

Tidak ada komentar:

Posting Komentar